Selasa, 17 Agustus 2021

Mangkok Cinta

Sekitar sepuluh tahun lalu, saya pernah menyukai fotografi makanan untuk mendokumentasikan masakan yang saya masak, yang kemudian saya upload di sini. Menjadikan saya suka mencari dan membeli gerabah diskonan tidak lolos ekspor, karena biasa ada sedikit cacat yang tak terlihat oleh mata awam. Gerabah atau keramik peralatan makan dijual  di sebuah pertokoan di Pasar Johar. Biasa saya mampir di sana, ditemani suami saat kami ada kesempatan ke Semarang. Dengan harga murah, seringkali di bawah sepuluh ribu perak, saya mendapatkan peralatan keramik dengan desain unik. 

Salah satu mangkok yang saya beli di sana dan  masih bertahan hingga detik ini, adalah sebuah mangkok keramik sederhana, dengan warna merah pada permukaan luar dan bagian dalam berwarna putih. Mangkok memuat tulisan huruf mandarin “爱” ( dibaca : ài ) mempunyai arti “cinta” pada bagian dasar dan sisi samping luar.


Sesuai dengan warna dan citranya, saya lebih sering memakai masakan yang berbau Tiongkok untuk menggunakannya sebagai objek foto, seperti mie, dan masakan babi. Namun di saat tidak membutuhkan pencitraan bagi suatu masakan, mangkok ini juga berperan menyajikan lodeh, bobor kangkung hingga kering tempe teri di meja makan. Apa pun masakannya, memasaklah dan sajikan dengan cinta, walaupun masakan sayur sederhana, jika dimasak dengan rasa tulus (mungkin) bisa menjadi sebuah masakan yang lezat. Sebuah mangkok yang bisa turut menyajikan ‘cinta’ bagi keluarga saat menyajikan makanan. Turut mengirim ‘cinta’ ke rumah mertua saat berbagi masakan ke sana, yang hanya berjarak dua rumah dengan rumah kami.

Seiring perkembangan dan demi dalih kemudahan, karakter cinta yang sering ditemui adalah versi yang disederhanakan, seperti yang tercetak di mangkok tadi. Karakter 心 (xīn, yang berarti hati) tergantikan dengan sebuah garis mendatar. Boleh dikatakan cinta masa kini sudah kehilangan hatinya sendiri. Cinta tidak lagi hal yang sakral, cinta sangat mudah dikatakan. Apalagi para generasi muda yang menghalu dengan para oppa dan ahjussi, mudah  berkata cinta kepada idol pujaannya. 

Cinta menjadi receh dan mudah diingkari, bagaikan lirik lagu Obbie Mesakh “Antara Cinta dan Dusta”

Jangan bicara cinta lagi
T'lah tertutup pintu hati ini
Jangan lagi kau datang disini
T'lah kuhapus namamu di hati


Cinta dengan mudah menjadi hujat saat sesuatu tidak berjalan sesuai harapan dan impian kita. Cinta susah dipertahankan kecuali oleh diri kita sendiri. Bagaikan sebuah mangkok, cinta perlu diisi dengan hati penuh ketulusan, keikhlasan , kesabaran, kelemahlembutan juga keceriaan. 


Biarlah ayat Alkitab Amsal 15:17 ini menjadi penutup, meski mangkok tergantikan oleh piring : 
"Lebih baik sepiring sayur dengan kasih dari pada lembu tambun dengan kebencian."

Versi Bahasa Indonesia sehari-hari tertulis : 
"Lebih baik makan sayur tapi disertai cinta kasih, daripada makan daging lezat tapi disertai kebencian."

Indri
17 Agustus 2021 
Mangkok sengaja merah-putih mewakili warna Indonesia ^^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar