Senin, 17 Agustus 2020
Antara Imajinasi dan Visual (Narasi Geografi Bagian 3)
Selasa, 11 Agustus 2020
Geografi ~ Bukan Sekadar Peta ( Narasi Geografi Bagian 2 )
“Di tepi pantai dekat Leyden ada kotapraja bernama Katwyck, tempat manusia “membantu” hilir Sungai Rhine mengosongkan diri ke laut lewat kanal buatan lebar yang dilengkapi dengan tidak kurang dari tiga belas pasang pintu air besar. Pintu-pintu air ini ditutup untuk membentengi kota dari air laut saat pasang datang, dan dibuka untuk membiarkan air mengalir saat surut. Sekalipun hal ini karya manusia yang mengesankan, bagi Sungai Rhine yang tadinya penuh gelora, pintu-pintu air itu tetaplah terasa jalan keluar yang dina. Delta sungai ini bisa dibilang lebarnya sebanding dengan keseluruhan lebar Belanda."
(Ambleside Geography, Buku IV)
Sebuah potongan cerita yang mengalun dari Bhelinda FM pada kamisan kemarin, membuka pandangan kami, betapa menariknya sebuah bacaan geografi yang naratif dan sastrawi. Dalam teks untuk tingkat III ( kelas 7 ) itu ada upaya menyajikan romansa tentang ciri-ciri alam suatu negara, sejarahnya, industrinya, sedemikian rupa hingga tidak ada negara yang sekadar nama-nama di peta atau di bidang garis-garis kontur. Peta dan garis kontur semacam itu bukanlah esensi dari geografi, melainkan simpulan-simpulan yang lambat laun akan diperoleh oleh siapa pun ketika akal budinya sudah intim dengan suatu wilayah. Pelajaran geografi perlu tetap memelihara watak sastrawi, tinggal kemudian ditambahi studi terhadap peta-peta, dan harusnya sampai anak betul-betul paham peta. Prinsip narasi setelah sekali baca yang berlaku di mata pelajaran lain juga berlaku di pelajaran geografi. Anak-anak tidak akan dapat menarasikan yang belum mereka “lihat” di benak mereka, yakni yang kita sebut imajinasi, dan mereka tidak akan bisa membayangkannya kecuali buku mereka menceritakan dengan hidup dan menarik. ( CM vol. 6 hlm. 227 )