Rabu, 31 Maret 2021

Belajar yang Mendatangkan Kegembiraan

Metoda Charlotte Mason menawarkan pada anak-anak pengetahuan demi pengetahuan itu sendiri dan para siswa kami menemukan bahwa “belajar itu mendatangkan kegembiraan”. (CM Vol.  6 hlm. 266). Betapa menyenangkan seandainya cita-cita ini bisa terwujud. Orang tua tidak perlu uring-uringan pada anak. Guru tidak perlu repot-repot memikirkan hiburan supaya pengajarannya menarik. Dan anak-anak juga tidak perlu merasa terpaksa saat belajar.

Berprestasi secara akademis bukanlah hal yang sama dengan memperoleh pengetahuan dan banyak sekolah favorit gagal memberkati para siswanya dengan sukacita belajar demi belajar itu sendiri, juga gagal membuat para siswanya bertemu dengan jenis pengetahuan yang menginspirasi karakter dan perilaku. Proses belajar demi mengejar akademis atau prestasi belaka bukanlah proses yang mendatangkan kegembiraan.


Cara belajar yang ditawarkan CM dapat berlaku untuk semua anak, baik anak yang cerdas, anak rata-rata bahkan yang terbilang lamban. Selain itu cara pembelajaran ini juga tidak memandang strata, semua anak dari semua kalangan bisa memakai pembelajaran ini. Kita butuh memasok siswa dengan banyak buku, dan setiap buku dibaca berkesinambungan sehingga pengetahuan yang anak peroleh tidak sepotong-sepotong dan kabur. Biarlah anak 'bertemu langsung' dengan berbagai kejadian sains dan sejarah, berbagai sastrawan dan seniman juga ilmuwan, biarkan anak menjelajah ke tiap sisi dunia dan menenggak perjalanan bersama sang penulis. 




Saya teringat saat menemani anak membaca buku Hellen Keller "Kisah Hidupku", bagaimana seorang Hellen yang buta, bisa mempunyai pengetahuan yang begitu luas, memahami begitu banyak sastra dan sejarah. Kekurangan tidak membawanya hanya berdiam di satu tempat namun pikirannya bisa menjelajah kemana pun dia mau. Lewat buku-buku, dia 'bertemu' dengan Shakespeare, Victor Hugo, Mark Twain, Schiller, Goethe dan banyak lagi pujangga hebat. Buku memberikannya kesenangan, keindahan, kebajikan, kebenaran dan masih banyak hal lainnya.  

"Sastra adalah utopiaku. Di sini aku tak dibatasi. 
Tak ada penghalang yang menjauhkanku dari wacana indah dan berharga dari buku-bukuku. Mereka berbicara padaku tanpa rasa malu dan kikuk. Hal-hal yang telah kupelajari dan yang telah diajarkan kepadaku rasanya tidak begitu penting dibandingkan 'cinta dan kemurahan' buku-buku berharga itu."


Bukankah mendapat kebahagiaan seperti demikian jauh lebih kaya dan tak lengkang waktu dibanding kebahagiaan sekejap saat mendapatkan peringkat pertama? Tidak ada seseorang yang sanggup selalu di posisi satu, meminjam dialog ikonik di film-film silat "Di atas langit, masih ada langit" . Saat ortu lengah dan menjadikan kompetisi sebagai ukuran kebahagiaan, maka harus diingat apa hakekatnya kita mengejar hal tersebut? Memang untuk anak atau untuk memenuhi ambisi kita? 


Indri ~ Kamisan 25 Maret 2021

1 komentar:

  1. Where To Play Spades In VR - DrmCD
    The most realistic and 영주 출장안마 accessible version of Spades is 여수 출장안마 now available in the HTC Vive and Oculus 강릉 출장안마 Rift and Quest 2 and 남원 출장안마 is available 충청남도 출장샵 at this price.

    BalasHapus