Kamis, 02 Juli 2020

Jurnal Alam Pintu Menuju Seni ( Narasi Seni Bagian 4 - selesai )

Di sebuah kota di Italia, Leonardo kecil berlari-lari mengejar seekor bajing, setelah si  bajing  diam terpaku lalu sibuk mengerat biji pinus di tangannya, Leonardo cepat-cepat mengeluarkan pensil dan kertas gambarnya dari saku. Kemudian dengan sigap membuat coretan-coretan  sambil mengamati bajing kecil tersebut. Hari lainnya , Leo mengintai seekor kumbang yang sedang bersembunyi di ranting pohon, kemudian juga membawa pulang seekor capung yang ditangkapnya di dekat rawa. Di hari yang lain lagi dia  membawa pulang cicak dan ular kecil. Berbagai binatang yang sudah dia gambar terkadang disatukan menjadi seekor binatang yang mengerikan bagai dalam dongeng.

Di bagian Eropa yang lain, di Paris, Pak Claude sedang santai  melukis di atas canvas dengan cat minyak, sambil memandangi keindahan bunga-bunga water lily di tamannya.  Berhari-hari  bahkan bertahun-tahun dia melakukan hal tersebut tanpa rasa jenuh hingga menghasilkan sampai 250 karya lukis bertema water lilies.

Water Lilies and Japanese Bridge - Claude Monet

Tentu saja Leonardo da Vinci dan Claude Monet tidak hidup di waktu yang bersamaan, ada selisih 300 tahun lebih dari kelahiran mereka. Namun alam tidak berubah, mereka tetap menjadi sumber inspirasi para seniman yang menorehkan sejarah hingga saat ini. Demikian juga yang dilakukan anak-anak CM saat mereka melakukan jurnaling dan nature study. Mereka mengamati segala yang mereka temukan di alam dan mendokumentasikan dalam jurnal alam mereka.

Bunga mangkok mentega pertama dalam jurnal alam anak mereka “jelek”, membuat kecewa seorang guru gambar, tapi seiring berjalannya waktu si anak akan melukis bunga itu dengan jauh lebih baik, menangkap kekhasan sifat , postur dan pesona dari bunga yang sedang mekar itu.( Vol 6 pg. 217 )

Anak-anak yang  terbiasa dilatih untuk memperhatikan detail  lukisan , alam , hewan,  objek dan kegiatan sekeliling mereka seperti ibu yang menjahit, tukang kebun mengasah pisau, orang berdagang, kambing makan rumput, kuda melompati parit dan seterusnya, lama kelamaan mengasah kemampuan mereka mengilustrasikannya dengan proporsional dan tepat. Meskipun ditemukan  kesalahan pada gambar mereka , pada waktunya mereka akan sadar dan merevisi tanpa campur tangan atau campur mulut orang dewasa. 

Franz Cizek mengemukakan sebuah ‘teori’ yang sangat berlawanan dengan proses pembelajaran seni masa kini. Dia meyakini bahwa hal-hal hebat mampu anak-anak lakukan dengan sedikit petunjuk dan sangat sedikit pengajaran terstruktur.  

The most beautiful things, in the creating of the child are his/her “mistakes”. 

The more a child’s work is full of these individual mistakes the more wonderful it is.

And the more a teacher removes them from the child’s work the duller, more desolate and impersonal it becomes.

~ Franz Cizek ~

 

Praktek seorang anak menghasilkan karya seni memang tidak semudah ( sekedar ) melihat sebuah karya seni.  Apalagi bila orangtua juga masih meraba-raba soal seni itu sendiri ? Tapi seperti yang Charlotte Mason usung dari hukum emas Cormenius :  “Biarlah guru mengajar lebih sedikit, supaya siswa belajar lebih banyak!”. Dan ujung-ujungnya “There is no education but self-education” ( vol 6  hlm. 289 ).

 

 

Indri

Kamisan , 2 Juli 2020

Tidak ada komentar:

Posting Komentar