Sabtu, 16 April 2011

Penolong = "Tunduk" bukan "Tanduk "

Tuhan menciptakan wanita sebagai "Penolong" , tapi sering para wanita ( istri ) mengartikan "Penolong" sebagai arti yang salah.
Para istri sering mengeluh ke suami "Apa kamu gak tau, aku sudah capek tahu, bangun pagi-pagi, nyiapin sarapan untuk keluarga, terus anter anak ke sekolah, pulang ke rumah harus jaga toko sambil nyuci, nyetrika, masak, terus jemput anak sekolah, terus nganter anak les, habis itu masih harus sapu ngepel rumah, malam harus bikin pembukuan, bla..blaa...blaa..." .
Naaah... itulah kesalahan dan omelan yang sering dilakukan oleh para istri/ wanita, mereka menganggap fungsi Penolong itu sebagai "pembantu" , "baby sitter", "penjaga toko", bahkan "***". Kalau suami menganggap fungsi penolong seperti itu maka para pria gak perlu cari istri /menikah, cukup cari pembantu, karyawan toko , ataupun PSK.
Maksud mempunyai hati penolong yang benar adalah sikap hati yang "tunduk" , tunduk disini berarti tunduk dengan sukacita, bukan tunduk karena terpaksa. Banyak istri yang tunduk terpaksa karena sudah terlanjur menikahi suami, karena butuh status "menikah", karena membutuhkan biaya hidup dan berbagai alasan terpaksa lainnya.
Untuk para istri miliki hati penolong yang benar dengan "tunduk" yang penuh sukacita sehingga orang-orang sekitar kita ( suami, anak, dst ) berhasil. Jadilah mitra kerja, sahabat yang bisa dipercaya, menjadi penolong bagi pasangan kita. Lakukan dengan sukacita tanpa bersungut-sungut karena melalui ikatan pernikahan yang kuat Tuhan akan berkati dan tunjukkan kuasaNya.

"Hai isteri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan, karena suami adalah kepala isteri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat. Dialah yang menyelamatkan tubuh. Karena itu sebagaimana jemaat tunduk kepada Kristus, demikian jugalah isteri kepada suami dalam segala sesuatu."
Efesus 5 : 22-24

Tidak ada komentar:

Posting Komentar