Sabtu, 02 Januari 2021

Menjadi Wonder Woman-Nya Tuhan

Tahun 2020 boleh dibilang tahun dengan angka cantik, dan saya yakin, pasti tahun 2020 dipilih banyak orang sebagai tahun untuk menikah dan melahirkan anak, namun siapa duga, justru di hari pertama tahun baru berbagai bencana menimpa masyarakat di berbagai daerah, kota dan negara. Mulai banjir, kebakaran, erupsi gunung berapi bahkan saat ini dunia tengah tergoncang dengan sebuah pandemi , Covid-19, yang sampai saat tulisan ini dibuat belum ada yang tahu kapan pandemi akan berakhir. Dalam waktu yang sangat cepat, sebuah virus yang menginfeksi (hanya) satu orang, (hanya) di sebuah kota bernama Wuhan di Cina, dan (hanya) dalam hitungan 3 bulan merebak ke seluruh dunia (saat ini tercatat 209 negara dan lebih dari 2,5 juta orang terinfeksi). Saya rasa pasti tidak ada yang pernah terbesit ataupun membayangkan kalau dunia yang sudah serba modern dan canggih akan mengalami wabah seperti ini.


Pemerintah di berbagai negara menerapkan berbagai kebijakan, mulai tes virus untuk semua warga, jaga-jarak, PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar), penutupan suatu area, hingga penutupan sebuah negara seperti yang diterapkan Cina. Indonesia pun tak dapat mengelak dari wabah ini, pemerintah segera menetapkan aturan "DiRumahAja", anak sekolah di rumah, orang tua berkantor di rumah, para pelaku bisnis juga diharuskan berjualan dari rumah (sistem online). Secara mendadak manusia yang adalah makhluk sosial diuji kemampuan beradaptasinya untuk menjadi manusia 'rumahan'. Bahkan ada yang berpikiran, rasanya seperti di dalam penjara tak berjeruji. Tidak terkecuali para ibu yang tadinya bisa santai, nongki-nongki saat anak sekolah, atau bebas bekerja di kantor tidak direpotkan dengan urusan rumah, sekarang harus 24 jam bersama suami dan anak yang membuatnya menjadi begitu dan sibuk dengan urusan rumah tangga. Dalam dua minggu , banyak ibu menjadi Wonder Woman yang serba bisa, mulai dari jadi chef, guru, tukang cukur, ahli disinfektan hingga penjual online dadakan. Sebagian merasa sudah sukses beradaptasi dan bisa bertahan. Namun masalah nya tidak sesederhana itu, efek pandemi yang berkepanjangan tanpa pandang status ekonomi sosial ini membuat banyak orang tetap terkena imbasnya, beberapa bisnis harus ditutup, banyak perusahaan merugi, saham anjlok, PHK skala besar, para pekerja harian menganggur, kemiskinan meningkat, kelaparan menghantui dan masih banyak lagi. Di masa-masa sulit seperti inilah butuh banyak Wonder Woman-Nya Tuhan untuk bisa menjadi penolong di keluarga dan masyarakat.


1. Tetap bangun hubungan intim dengan Tuhan

Saat-saat seperti ini adalah kesempatan untuk semakin mendekat dan bersandar pada Tuhan, bukan untuk terus menerus menggerutu dan mengeluh. Jadikan momen ini sebuah kesempatan untuk membangun iman kita dan keluarga , terus percaya..percaya.. dan tetap percaya bahwa Tuhan punya rencana di balik kesukaran ini. Pegang terus janji Tuhan dan yakinlah bahwa kuk yang Tuhan berikan saat ini masih sanggup kita pikul selama kita masih menaruh harapan padaNya. Bangun doa perseorangan dan keluarga/korporat supaya kita bisa saling menguatkan meskipun dengan cara virtual. Refleksikan pembacaan Firman dan bagikan hal-hal yang membangun untuk orang sekitar Anda ataupun di dalam komunitas Anda.

2. Jaga mulut dan jaga hati

Berapa banyak ibu yang lebih suka anak-anaknya di sekolah daripada di rumah seharian, hayooo? Pasti banyak yang lebih pilih anak-anaknya "dikirim" ke sekolah daripada susah diatur di rumah. Apalagi kalau anak banyak mintanya, bentar-bentar minta ditemani main, bentar-bentar minta dibuatin cemilan, anak gak mau buat tugas, anak membantah terus-terusan, anak mengeluh kebosanan, dan masih banyak lagi, sehingga dalam sekejap si ibu Wonder Woman menjadi seperti "seekor macan" yang siap menerkam. Nada tinggi, bentakan dan ancaman langsung menyerang si anak. Belum ditambah suami juga turut mengeluh soal kesulitan di pekerjaannya dan butuh teman curhat, rasanya beban seorang istri/ibu semakin berat dan bawaan marah melulu. Ucapan kasar dan tidak membangun terlontar begitu saja sehingga membuat suasana semakin memanas bahkan perang mulut tidak terhindarkan.

Jadikan saat-saat ini untuk praktek jaga mulut dan jaga hati. Sebelum berkata-kata lebih dulu tenangkan diri dan mengambil nafas panjang. Tahan emosi dan perkatakan kata-kata yang membangun dan lemah lembut (Amsal 15:1 "Jawaban yang lemah lembut meredakan kegeraman, tetapi perkataan yang pedas membangkitkan marah" ). Mari jadikan diri kita sebagai termostat keluarga, ingat pepatah "Kalau ibu bahagia maka seisi rumah akan bahagia" jangan biarkan diri kita dikuasai emosi dan otot-otot yang menegang, hiduplah lebih rileks, selipi humor dan terus perkatakan kata-kata membangun.

Kata-kata membangun yang seperti apakah? Susah untuk mengucapkan kata-kata membangun bila hati kita sendiri tidak ada keintiman dengan Tuhan dan FirmanNya. Perkataan yang keluar biasanya selalu berasal dari isi hati. Intinya yuk kembali isi lagi hati kita dengan Firman-Nya. Jadikan hati kita tanah yang subur supaya Firman juga bisa terus tumbuh subur, berbunga dan berbuah, siap jadi berkat untuk orang lain.

3. Jangan takut

Kalau bilang "Jangan takut" ya memang gampang, tapi apakah tetap gampang saat situasi yang kita lihat tiap hari seperti ini : berita penambahan pasien terinfeksi yang mencapai ratusan bahkan ribuan; saat keluar bentar ke pasar mau beli sayur dimana-mana terlihat pemandangan orang pakai masker, jalanan terasa sepi dan malam lebih mencekam, setiap habis menyentuh barang di tempat umum harus cepat-cepat cuci tangan atau oles-oles handsanitizer, saat menyenggol orang langsung berpikir "wah jangan-jangan di badannya ada virus". Apa-apa dilarang: dilarang salaman, cipika-cipiki, apalagi peluk-pelukan, tidak boleh bersin sembarangan, tidak boleh pegang handle pintu, tidak boleh nongkrong di mal atau ngopi-ngopi cantik sama teman, dilarang mudik atau ketemuan sama keluarga di luar kota, daaaan masih banyak lagi peristiwa yang membuat kita serba 'dikelilingi' ketakutan. Akhirnya sebagian orang menjadi depresi karena dikuasai kekuatiran yang berlebihan. Rasa takut itu sebenarnya sesuatu yang manusiawi, tapi kalau kita terus menerus dihantui ketakutan, membuat kita lupa percaya bahwa kita punya Tuhan dan lupa bahwa Kristus Tuhan yang telah menebus hidup kita supaya kita beroleh keselamatan. 2 Timotius 1:7 berkata "Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban" , maka dari itu singkirkan segala ketakutan kita dan biarlah kekuatan Allah yang mendominasi hidup kita saat ini.

4. Singkirkan godaan untuk online terus menerus

Adanya aturan 'DiRumahAja' membuat kita tidak bisa bersosialisasi dengan teman maupun sanak saudara, mendorong kita terjebak untuk rebahan dan berselancar di dunia maya terus menerus. Banyak informasi soal wabah juga beterbaran di media sosial membuat kita selalu ingin tahu ini dan itu, tanpa filter yang jelas, kita terjebak dengan asal membagikan aneka berita termasuk hoax di status dan grup. Ada juga yang kemudian punya hobby baru: yaitu tiap detik memantau jumlah pasien positif Covid 19, namun sebaliknya ada juga yang terus menerus memantau diskonan online shop yang bejibun, diiming-imingi gratis ongkir dan cashbak, sehingga meski orangnya 'DiRumahAja' namun paketan barang terus berdatangan.
Online terus menerus berimbas pada menyia-nyiakan waktu dan terbengkalainya urusan keluarga : lupa siapkan makan anak, lupa masak, suami dicuekin saat ngajak ngomong, rumah berantakan seperti kapal pecah dan pekerjaan kantor tidak tuntas (bagi yang work from home).

Seharusnya, jadikanlah media online sebagai ajang untuk berbagi hal-hal yang membangun orang lain dan baca informasi secukupnya dari sumber yang terpercaya. Singkirkan gadget dan biarlah kesempatan ini menjadi waktu yang pas membangun komunikasi dan keintiman dengan suami dan anak.

5. Bijak mengatur anggaran

Keterbatasan gerak di masa pandemi secara tidak langsung berimbas pada penghasilan banyak orang, tidak hanya para pekerja harian/kasar namun banyak pengusaha juga terpaksa harus menghentikan aktivitasnya. Tidak sedikit orang mengalami PHK atau dirumahkan tanpa tahu berapa lamanya? Ironisnya sebagian orang yang masih punya penghasilan merasa harus menimbun kebutuhan sebanyak-banyaknya, beli beras langsung berkarung-karung, beli mie instant berdus-dus, stock vitamin dan masker sebanyak mungkin, tapi sebaliknya, di sisi lain ada banyak orang yang berkekurangan sampai kelaparan karena mengandalkan pekerjaan harian mereka saja. Saat ini, walaupun Anda mampu, belilah barang sesuai kebutuhan dan jadikan momen ini untuk berbagi kasih pada orang yang membutuhkan. Kalau penghasilan dalam keluarga turut menurun, sedangkan tuntutan kebutuhan sehari-hari juga membayar cicilan-cicilan harus tetap berjalan, maka berusahalah menghemat pengeluaran sehari-hari. Misalnya seperti dengan memasak makanan sendiri, kurangi belanja yang tidak perlu, kalau memungkinkan cobalah cari kerja sambilan dari rumah sekalian kesempatan untuk mempraktekan ketrampilan guna membantu perekonomian keluarga, misalnya : bisa menjahit - produksi masker kain, bisa memasak - jual masakan, punya ketrampilan - buka kursus online, dan lain sebagainya. Jangan menyerah dengan keadaan, yakinlah bahwa selalu ada jalan dan solusi. Sekali lagi bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, dan bertekunlah dalam doa! (Roma 12:12 )

6. Kembangkan ketrampilan dan jadi berkat

Kesempatan DiRumahAja membuat tersedianya lebih banyak waktu untuk mengembangkan kepribadian dan ketrampilan bukannya malah menghabiskan waktu dengan rebahan melulu. Saya mendapat cerita dari beberapa teman, karena tidak bisa kemana-mana, akhirnya mereka memutuskan belajar online (dan gratis) aneka ketrampilan baru , seperti membuat sabun, mengolah sampah rumah tangga, belajar menulis , belajar parenting dan masih banyak lagi kursus online yang bisa kita dapatkan bahkan secara gratis di masa pandemi ini. Seperti halnya rapor Wanita Bijak bahwa seorang wanita jangan pernah lelah untuk belajar dan terus mengembangkan ketrampilan. Janganlah kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan (Roma 12:11) . Terus kembangkan ketrampilan Anda supaya bermanfaat sehingga nantinya bisa melayani Tuhan dan sesama.

Mari bersama hadapi tantangan dengan penuh keyakinan , percaya pada Tuhan bahwa badai pasti akan berlalu, tetap bersyukur walaupun di masa-masa sulit, dan tetap berusaha maksimal menjadi wanita penolong di tengah keluarga dan masyarakat, lakukan semuanya untuk Tuhan.


Terus berjuang dan berbuah di tahun 2021! ^,^


©Indri, 23 April 2020 ( di awal-awal pandemi untuk website wanitabijak.org)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar